Gambar Sampul Bahasa Indonesia · BAB 6 OLAH RAGA
Bahasa Indonesia · BAB 6 OLAH RAGA
Dwi Hariningsih Bambang Wisnu Septi Lestari

24/08/2021 14:36:12

SMP 9 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bab 6 Olahraga

79

Olahraga

Pramuka Melatih Jiwa Mandiri

Lingkungan Kita

Pertanian

Pendidikan

Semester 2

Semester 2

Semester 2

Semester 2

Semester 2

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

80

Bab 6 Olahraga

81

OLAHRAGA

6

Bab

81

Kata Kunci

Kata Kunci

jasmani

rohani

lomba

Mendengarkan Ceramah

Berbicara

Membaca Novel

Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerpen

Materi dalam bab ini:

final

medali

piala

Sumber: wwwrokanhilir.go

gambar petugas BPOM sedang memeriksa beberap

a tempat mkanaan di supermarket

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

82

Peta Konsep

Bab 6

Olah Raga

Mendengarkan

Ceramah/Khotbah

Berbicara

Menuliskan Naskah Drama

Membaca Novel

Menyimpulkan pesan

Berpidato/ceramah/khotbah

dengan intonasi dan

artikulasi yang tepat

Mengidentifikasi kebiasaan,

adat, dan etika dalam

novel 20–30-an

Menulis naskah drama

berdasarkan cerpen

yang pernah dibaca

Bab 6 Olahraga

83

Dengarkan ceramah berikut!

CERAMAH PELATIH SILAT KEPADA MURIDNYA

Anak-anak, para siswa, yang kami cintai,

Terlebih dahulu terimalah ucapan salam dari kami, semoga dengan salam

ini, kita bersama mendapat keselamatan dan kesejahteraan dari Tuhan Yang

Maha Esa dalam menjalankan tugas.

Anak-anakku, Assalamu alaikum wr. wb,

Rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Kuasa karena tugas kita dalam

menyampaikan ilmu kepada anak-anak sudah selesai, bukan berarti tugas

kita dalam belajar dan mengajar sampai di sini. Namun, hal itu sebab manusia

diwajibkan untuk mencari ilmu mulai dari dalam kandungan Ibu sampai ke

liang kubur.

Pada hari ini selesailah sudah apa yang anak-anak tuntut, yaitu sebuah

pelajaran cara bela diri (pencak silat) yang Bapak berikan.

Perlu Bapak kemukakan bahwa sebenarnya Bapak ini hanyalah lebih

dahulu mengetahui mengenai cara-cara bela diri (pencak silat dll.) daripada

anak-anak, bukanlah guru yang mahir betul! Bapak hanyalah sekadar sebagai

penunjuk jalan merintis keahlian tersebut. Kematangan dan kemantapannya

akan tercapai kelak bilamana anak-anak tekun belajar dan telaten

mengembangkan seninya. Bapak berpesan agar keahlian yang kalian peroleh

itu jangan disalahgunakan. Gunakanlah bilamana perlu, bukan untuk

kecongkakan sebab congkak itu tidak pantas dimiliki manusia. Tuhan itu sangat

benci kepada orang yang congkak.

Pesan Bapak yang terakhir adalah ajaklah teman-temanmu yang belum

mengerti mengenai beladiri untuk belajar agar dapat mengerti bermacam-

macam ilmu. Janganlah kamu menyembunyikan ilmu sebab ilmu itu bila tidak

diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah! Jadi, tidak ada manfaatnya.

Bapak minta agar pesan yang terakhir ini betul-betul kamu ingat dan kamu

laksanakan.

Hanya itulah pesan Bapak dan sekembalinya anak-anak ke rumah masing-

masing semoga diliputi suasana gembira, bahagia, serta selamat sejahtera.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Mendengarkan Ceramah

A

Tujuan Pembelajaran:

Siswa mampu menyimpulkan pesan ceramah/khotbah.

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

84

Berbicara

Tujuan Pembelajaran:

Siswa mampu berpidato/ceramah/khotbah dengan intonasi, artikulasi yang tepat, dan suara yang jelas.

B

Gurumu akan memberikan contoh berpidato dengan teks berikut.

Perhatikan baik-baik!

PEMENANG LOMBA PELAJAR

Anak-anak Sekalian,

Selesailah sudah kalian melangsungkan pertandingan olahraga pelajar

SMP dengan hasil yang memuaskan. Pasti anak-anak merasa bergembira

dengan hasil ini. Barangkali anak-anak ingat akan kata-kata, ”Siapa yang ingin

pandai, belajarlah lebih dulu dan siapa yang ingin kaya bekerjalah lebih dulu.”

Kini Pak Guru menambahkan, yaitu siapa yang ingin menang dalam lomba

maka seringlah mengadakan latihan bukankah begitu anak-anak!

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Siapa yang menyampaikan ceramah di atas?

2. Kepada siapa ceramah di atas ditujukan?

3. Kapan murid-murid harus menuntut ilmu?

4. Apa yang harus dilakukan murid-murid setelah selesai belajar silat?

5. Bagaimana agar murid-murid mencapai kematangan dalam bela diri?

6. Untuk apa keahlian bela diri yang dimiliki murid-murid?

7. Kapan murid-murid boleh menggunakan keahlian bela diri yang dimilikinya?

8. Mengapa murid-murid harus mengamalkan ilmu bela dirinya?

9. Diibaratkan sebagai apa ilmu bela diri yang tidak diamalkan?

10. Apa pendapatmu tentang isi ceramah di atas? Apa alasanmu?

1. Catatlah isi pesan yang disampaikan pelatih silat di atas!

2. Simpulkan isi pesan tersebut!

Tugas

1. Dengarkan ceramah atau pidato yang lain!

2. Catatlah pokok-pokok ceramah/pidato itu!

3. Simpulkan pesan ceramah/pidato itu!

4. Berilah tanggapan isi pesan yang disimpulkan temanmu! Berilah pula alasannya!

LL

LL

L

atihan 6.2atihan 6.2

atihan 6.2atihan 6.2

atihan 6.2

LL

LL

L

atihan 6.1atihan 6.1

atihan 6.1atihan 6.1

atihan 6.1

Bab 6 Olahraga

85

Sebagaimana anak-anak maklumi, bahwa bidang olahraga sangat penting

bagi pembinaan generasi yang sehat jasmani. Kesehatan jasmani akan

membawa kesehatan pula bagi rohani. Tentunya, anak-anak masih ingat

pepatah yang berbunyi ”Jiwa yang sehat terletak di dalam badan yang sehat

pula.”

Anak-anak yang kucintai.

Yang termasuk olahraga itu bukanlah hanya senam, voli dan lari saja.

Akan tetapi, ada lagi yang termasuk olahraga yang menjadi kewajiban orang

Islam dan dilakukan setiap hari oleh orang yang beragama Islam. Apa itu anak-

anak? pasti jawabnya adalah sembahyang (salat). Jadi, kesimpulannya

sembahyang juga termasuk olahraga sebab semua tulang bergerak waktu

menjalankan sembahyang (salat).

Anak-anak Sekalian,

Hasil pertandingan pada hakikatnya adalah lomba ketangkasan bukan

adu kekuatan. Bagi yang memperoleh kemenangan setelah menyelesaikan

pertandingan final, janganlah bersikap sombong! Sebaliknya, bagi yang belum

dapat meraih kemenangan, janganlah berkecil hati atau putus asa! Berlatihlah

terus sehingga kamu memperoleh kemenangan.

Kemudian, kami persilakan wakil dari Pers Olahraga untuk tampil ke depan

guna menerima medali. Sekian semoga kemenangan yang kamu raih itu dapat

bertahan terus. Terima kasih.

1. Berpidatolah dengan teks pidato di atas seperti yang dicontohkan gurumu!

2. Mintalah masukan dari guru atau temanmu tentang penyampaian pidatomu! Misalnya,

artikulasi, intonasi, dan penguasaan audien.

LL

LL

L

atihan 6.3atihan 6.3

atihan 6.3atihan 6.3

atihan 6.3

Tugas

1. Buatlah teks pidato/ceramah/khotbah!

2. Gunakan teksmu untuk pidato/ceramah/khotbah di depan kelas!

3. Berilah tanggapan terhadap pidato temanmu!

Membaca Novel

Tujuan Pembelajaran:

Siswa mampu mengidentikfikasi kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam novel angkatatan 20-30-an

C

Bacalah penggalan novel

Siti Nurbaya

berikut!

....

“Pada pikiranku, kewajiban Ibu dan Bapak dalam hal perkawinan anaknya,

pertama mengingat umur anaknya itu; sebab jika terlalu muda dikawinkan,

niscaya merusakkan badan anak dan sekalian keturunannya. Di Indonesia

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

86

ini, pada sangkaku anak perempuan janganlah lebih muda dikawinkan daripada

umur dua puluh tahun. Jangan seperti aku, baru berumur enam belas tahun

telah terpaksa kawin. Makin tua, makin baik.”

“Ya, tetapi pada sangka perempuan di sini suatu keaiban kalau tak kawin

uda-muda sebagai tak laku,” kata Samsu dengan tiba-tiba.

“Persangkaan yang demikian, timbulnya daripada kebiasaan yang tak

baik. Bila nyata kepada kita, sesuatu adat salah, mengapakah tak hendak

dibuang, tetapi diturut saja, membuta tuli? Lihatlah bangsa Barat! Terkadang-

kadang setelah berumur tiga puluh tahun, baru kawin, tak ada orang

menghinakan mereka. Dan sesungguhnya tatkala perempuan itu berumur

tiga puluh lima atau empatpuluh tahun sekali pun, rupanya masih muda,

badannya masih tegap dan kukuh. Bila beranak umur sekian, sempurnakanlah

anak itu; menjadi orang yang sehat badan dan pikirannya; tubuhnya besar

dan umurnya panjang. Akan tetapi, perempuan di sini,umur tiga puluh tahun.

terkadang-kadang telah bercucu. Itulah sebabnya maka dirinya sendiri dan

anaknya pun tiada sempurna dan akhirnya tentu bangsanyalah yang menjadi

kurang baik sebab sekalipun keturunan perempuan muda yang belum cukup

umurnya. Kedua, haruslah orang tua itu bertanya kepada anaknya, sudahkah

ada niatnya hendak kawin? Kalau belum janganlah dipaksa, supaya jangan

menjadi huru-hara kemudian. Ada perempuan yang belum mau mengikat

dirinya dengan tali perkawinan; sebab misalnya, masih suka bebas sebagai

anak-anak atau sebabnya ada sesuatu maksudnya yang menjadi halangan

kepada perkawinan. Ketiga haruslah ditanyakan, sukakah ia kepada jodohnya

itu atau tidak. Yang sebaik-baiknya tentulah anak itu sendiri mencari jodohnya.

Bukan aku berkehendak supaya perempuan bangsa kita dibebaskan seperti

perempuan Barat, siang malam bercampur gaul dengan laki-laki. Tidak, karena

adat Barat kurang baik bagi bangsa kita. Tetapi kedua mereka yang dikawinkan

itu, baiklah berkenalan-kenalan dulu; biar yang seorang tahu benar akan yang

seorang. Jika khawatir akan sesuatu bahaya jagalah anak perempuan itu baik-

baik, jangan terlalu banyak diberi bercampur dengan tunangannya. Cukuplah

sekedar belajar kenal saja. Dan jika tak suka atau khawatir anak itu akan

salah mencari jodohnya sendiri, pilihkanlah dahulu yang baik pada pikiran orang

tuanya. Akan tetapi, sesudah itu haruslah ditanyakan juga kepada anak itu,

sukakah ia kepada pilihan orang tuanya ini. Tetapi sebaik-baiknya,

pertemukanlah keduanya supaya jangan tatkala dikawinkan itu saja masing-

masing baru dapat melihat rupa jodohnya.”

“Kata orang tua-tua, cinta itu akan datang kelak bila telah kawin,” kata

Samsu dengan senyumnya.

“Tidak selamanya,” jawab Nurbaya. “Bagaimana dapat kau mencintai orang

sebagai Datuk Maringgih ini? Apakah yang dapat menarik hatiku. Tak ada satu

pun yang perpadanan dan bersamaan dengan daku.”

Keempat, haruslah umurnya berpadanan; tua laki-laki sedikit telah lazim;

sama tua baik juga; tua pun yang perempuan sedikit tak mengapa asal jangan

terlalu amat besar perbedaan mereka. Laki-laki yang berumur lima puluh tahun

dengan perempuan yang berumur enam belas, atau nenek-nenek yang

berumur lima puluh tahun, dengan laki-laki yang dua puluh tahun tentu saja

tak sepadan. Itulah yang menjadi duri dalam daging, yang selalu terasa-rasa

oleh yang muda. Oleh sebab itu, acap kali ia tiada setia; berpaling hatinya

kepada yang lain yang sebaya dengan dia. Yang tua itu pun terkadang-kadang

Bab 6 Olahraga

87

tak senang pula hatinya; malu kepada orang, sebab jodoh yang sangat besar

perbedaannya itu, tentulah menjadi buah tutur orang segenap negeri.

Lagi pula, orang yang telah tua itu berlainan pikiran, kemajuan, kesukaan,

kelakuan, tabiat, adat, dan kepandaiannya dengan orang muda. Kemajuan

yang tua, misalnya jangan terlalu banyak berjalan, karena kekuatannya tidak

berapa lagi; tetapi yang muda itulah yang dikehendakinya, karena tak betah

selalu di rumah. Kesukaan yang muda misalnya makanan yang keras-keras;

tetapi si tua tak dapat memakan makanan itu walaupun masih ingin karena

giginya tak ada lagi. Yang tua biasanya tua pula pahamnya, tetapi yang muda,

masih suka beriang-riang, bermain-main, dan bersenda gurau. Tabiat dan

adat pun acapkali berubah; bila umur telah tua. Aku masih menghargai

keelokan dan kesenangan, tetapi Datuk Maringgih ini ingatan dan pikirannya

tiada lain, melainkan kepada uang dan perniagaannya. Apa gunanya itu bagiku,

bila tiada dapat kupakai untuk memenuhi segala keinginan hatiku? Sekalian

itu harus diingat pula oleh Ibu Bapak yang hendak mengawinkan anaknya,

karena sangatlah susahnya akan memakan sifat dan kelakuan yang berbeda-

beda itu.

Kepandaian harus pula sama supaya dapat berunding dan bercakap-

cakap dalam segala hal. Jika yang seorang pandai yang seorang bodoh,

terkadang-kadang yang pandai menjadi sombong dan yang bodoh bersedih

hati. Demikian pula, tentang kekayaan dan bangsa. Jika si laki-laki berbangsa

tinggi dan si perempuan orang biasa saja, rendahlah dipandangnya istrinya;

dan bila si laki-laki kaya, tetapi istrinya seorang yang miskin, mudah disia-

siakannya perempuannya itu.

Rupanya janganlah berbeda sebagai malam dengan siang karena itu pun

boleh mendatangkan hal-hal yang kurang baik. Akhirnya harus diingat akan

besar dan tinggi badan. Adakah tampan pada pemandangan mata, bila gajah

yang besar tinggi dipersandingkan dengan tikus yang kecil kerdil? Ingatlah

kedua mereka itu harus menjadi satu pasangan yang baik dari badan yang

dua.

Sebagai kaulihat tak mudah dapat mencari jodoh yang sejoli. Itulah

sebabnya perkawinan itu suatu hal yang penting; tak baik dipermudah sebagai

dilakukan oleh bangsa kita. Karena kesenangan dan keselamatan orang

bersuami istri dan berumah tangga, hanya dapat diperoleh bila si laki-laki dan

si perempuan dalam segala hal dapat persetujuan. Dalam hal yang demikian,

menjadilah rumah tangganya surga dunia yang mendatangkan kesukaan,

kesenangan cinta kasih sayang, selamanya. Dan bila telah beranak

bertambah-tambahlah kesenangan dan kesukaan itu. Tetapi jika tiada begitu,

menjadilah rumah tangga itu neraka jahanam, yang selalu menimbulkan

perselisihan, perkelahian, benci, amarah, sedih, susah; terkadang-kadang

bencana dan bahaya yang disudahi dengan perceraian.

“Terlebih-lebih lagi laki-laki yang harus membanting tulang untuk

memperoleh kehidupannya,” kata Samsu. “Sangat berharga kesenangan

dalam rumah itu karena bila ia pulang dari pekerjaannya, dengan lelah payah

dan didapatinya di dalam rumahnya pelipur hatinya niscaya berobatlah lelahnya

dengan riang hatilah ia pada keesokan harinya menjalankan pekerjaannya

yang berat itu. Dengan demikian, tiadalah akan dirasainya keberatan

pekerjaannya itu dan tetaplah sehat badannya serta panjanglah umurnya.”

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

88

Bila tak ada yang seperti itu sengsaralah kehidupannya. Sesudah ia

menderita kelelahan dalam pekerjaan, tatkala sampai ke rumah, kusut dan

keruh pula yang dihidangkan oleh anak istrinya. Tiada heran jika laki-laki yang

serupa itu tiada betah di rumahnya seagai takut ia kepada tempat kediamannya

yang tetap itu. Oleh sebab itu, larilah ia keluar mencari pelipur hati di mana-

mana. Inilah yang acap kali menjadikan laki-laki itu jahat dan bengis

kelakuannya, suka berbuat tidak senonoh, “Dan memang tugas perempuan

tiada mudah,” jawab Nurbaya, “Harus juga pandai menarik dan melipur hati

suaminya; bukan dengan wajah yang cantik saja tetapi juga dengan kelakuan

yang baik, peraturan yang sempurna dan kepandaian yang cukup.”

“Laki-laki begitu pula,” kata Samsu, “Harus pandai membimbing anak

istrinya, supaya betah dalam rumahnya dan dengan riang dan suka hati,

menjalankan kewajibannya. Sekalian yang dapat menghiburkan hati, harus

diadakan; sebab apabila perempuan tak betah lagi dalam rumahnya bertambah-

tambah celakanya, karena tak ada tempat lain, yang dapat menyenangkan

hatinya ...”

“Sesungguhnya hal ini kurang diperhatikan oleh bangsa kita,” kata Samsu

pula, setelah berhenti sejurus. Itulah sebabnya agaknya acap kali terjadi

perceraian dalam negeri kita sehingga laki-laki atau perempuan sampai berapa

kali kawin.”

“Memang, itu pun tak adil pula,” sahut Samsu.

“Jika perempuan yang memegang talak dan aku terikat oleh ayahku,

niscaya tiada yang kupanjangkan jodoh ini. Tetapi apa yang hendak kuperbuat?

Aku terikat pada tangan dan kaki . Tiadakah kasihan engkau kepadaku Sam?

Tak adakah akal, supaya lepas aku dari ikatan ini? Dengarlah olehmu pantun

nasibku ini:

Di sawah jangan memukat ikan,

ikan bersarang dalam padi.

Susah tak dapat dikatakan,

ditanggung saja dalam hati.

Yang kedua, kata Nurbaya:

“Gantungan dua tergantung,

tergantung di atas peti.

Ditanggung tidak tertanggung,

sakit memutus rangkai hati.

Yang ketiga, kata Nurbaya pula:

“Buah pinang di dalam puan,

tumpul kacip sah di batu.

Tidaklah iba gerangan tuan,

kepada adik yatim piatu.

Yang keempat:

Lubuk baik kuala dalam,

pasir sepanjang muaranya.

Buruk baik minta digenggam,

badanlah banyak sengsaranya.

Yang kelima:

Ikatlah mati pisang berjantung,

hunus keris tetakkan dia.

Niat hati hendak bergantung,

putus tali apakah daya.”

Bab 6 Olahraga

89

“Nur sabarlah dahulu! Bukan aku tak kasihan kepadamu, hanya pada

waktu ini belum berbuat apa-apa karena ikatannya sangat keras. Senangkanlah

dahulu hatimu! Kelak akan kucari muslihat yang baik. Sekarang hanya

bersama-sama kita berdoa kepada Allah supaya lekas engkau terlepas dari

ikatan ini.”

“Sst, diam! Apakah itu? Sebagai ada bunyi apa-apa di pagar itu?” kata

Samsu tiba-tiba, serta menoleh ke tempat bunyi itu. Akan tetapi tiada suatu

apa pun yang kelihatan olehnya.

“Barangkali katak atau binatang kecil-kecil yang mencari makanannya,”

jawab Nurbaya, lalu menyambung percakapannya dengan Samsu. “Siapakah

yang menyangka, Sam, tatkala kita setahun yang telah lalu, duduk di atas

bangku ini, dengan penghargaan yang besar akan jadi sebagai sekarang ini

hal kita? Apakah jadinya cita-cita kita itu dan adakah akan dapat disampaikan

pula? Dengar pantun ini:

Dari Perak ke negeri Rum,

berlayar lalu ke kuala.

Jangan diharap untuk yang belum,

sudah tergenggam terlepas pula.

Orang Pagai mencari lokan,

Kembanglah bunga serikaya.

Aku sebagai anak ikan,

kering pasang apakan daya.

Singapura kersik berderai,

tempat ketam lari berlari.

Air mata jatuh berderai,

sedihkan untuk badan sendiri.

Berbunyi kerbau Rangkas Betung,

berbunyi memanggil kawan.

Menangis aku menyadar untung,

untungku jauh dari awan.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Apa tema novel “Siti Nurbaya”?

2. Siapa pengarang novel “Siti Nurbaya”?

3. Siapa pelaku utama “Siti Nurbaya”?

4. Apa hubungan Siti Nurbaya dengan Samsul Bahri?

5. Di mana latar peristiwa dalam novel “Siti Nurbaya”?

6. Mengapa dalam novel membahas adat?

7. Adat apa yang dibicarakan di dalam novel 1920-an?

8. Bagaimana etika anak terhadap orangtua dalam novel di atas?

9. Bagaimana pemakaian bahasa dalam novel Siti Nurbaya?

10. Bagaimana pendapatmu tentang anak yang dipaksa untuk menuruti segala keinginan

orangtua seperti dalam novel Siti Nurbaya?

LL

LL

L

atihan 6.3atihan 6.3

atihan 6.3atihan 6.3

atihan 6.3

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

90

Menulis naskah drama pernah kamu lakukan bukan? Pelajaran kali

ini akan memperdalam kemampuanmu dalam menulis naskah drama.

Banyak sumber yang dapat digunakan sebagai ide menulis naskah drama,

cerita rakyat, kejadian sehari-hari, atau naskah yang bersumber dari naskah

bentuk lain, misalnya dari puisi, novel, dan cerpen.

Pernahkah kamu membaca cerpen dan sangat terkesan dengan isinya?

Hal tersebut dapat kalian gunakan sebagai ide penulisan naskah drama.

Kalian boleh membaca cerpen baru, kemudian mengubahnya ke dalam

bentuk naskah drama. Mau tahu caranya?

1. Bacalah naskah sebuah cerpen dengan baik sehingga menemukan ide

pokoknya!

2. Tentukan tokoh-tokohnya dan pahami karakternya sebagai tokoh

drama!

3. Tentukan tempat dan waktu peristiwa dalam cerpen sebagai latar drama!

4. Tentukan urutan kejadian/peristiwa yang terjadi dalam cerpen sebagai

alur drama!

5. Mulailah menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang kamu baca!

6. Baca dan sempurnakan naskahmu!

Bacalah cerpen berikut baik-baik!

KACAMATA HASAN

Faisal memasuki ruang praktik Dokter Budi dengan melas. Ayah

menyertainya di belakang. Dokter mata itu tersenyum menyambutnya.

Kemudian mempersilakannya duduk di kursi pasien. Ayah duduk di bangku

putri di ujung ruang praktik itu. Di depannya ada meja kecil penuh majalan.

Dengan cermat, Dokter Budi mulai memeriksa mata Faisal.

“Ada apa, Cal? Mata kamu sehat dan bagus

kok

. Paling hanya lelah saja,”

dokter Budi bertanya setelah selesai memeriksa mata Faisal dengan alat

semacam lampu senter itu. Faisal tidak mendengarnya.

Tugas

a. Bacalah novel 1920-an yang lain.

(1) Sebutkan cirinya berdasarkan pemakaian bahasanya!

(2) Sebutkan kebiasaan perilaku tokoh-tokoh ceritanya!

(3) Bagaimana etika hubungan antartokohnya?

b. Diskusikan hasil pekerjaanmu dengan temanmu!

Menulis Naskah Drama Berbentuk Cerpen

Tujuan Pembelajaran:

Siswa mampu menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang pernah dibaca.

C

Bab 6 Olahraga

91

“Iya dok, si Ical beberapa hari ini banyak membaca sambil tiduran. Seringnya malah memilih

tempat yang remang-remang. Mungkin memang kecapekan”, ayah menimpali.

Faisal menatap ayah dengan pandangan tidak suka. “Ah, ayah seperti mata-mata saja!”

gerutunya.

“Banyak tugas ya?” Dokter Budi bertanya lagi. Dia berjalan membelakangi Faisal ke lemari

obat. Ayah masih duduk di bangku putih sambil membaca majalah.

“Mata Ical minus

nggak

, Dok?” Faisal bertanya mengalihkan pembicaraan.

Dokter Budi tertawa kecil, “Alhamdulillah, tidak apa-apa. Nanti kalau obatnya diminum, Insya

Allah cepat baikan.”

Setelah membayar biaya berobat, Ayah dan Faisal pamit meninggalkan poliklinik itu.

Sesampainya di rumah, Faisal tak henti-hentinyya menggerutu. Usahanya selama dua minggu

ini sia-sia saja. Padahal berbagai cara untuk membuat matanya minus telah dilakukannya.

Mendekatkan jarak baca, membaca sambil tiduran, menyingkirkan wortel dan pepaya, serta memilih

tempat baca yang remang-remang.

Faisal bersungut-sungut. Diingatnya lagi kejadian dua minggu yang lalu. Saat itu, Hasan

membuat seisi kelas mereka gempar. Ia datang dengan penampilah baru, berkacamata! Hasan

jadi tampak jauh lebih tampan. Lebih keren, dan gaya.

“Wah, Hasan terilhat lebih tampan jika berkacamata, ya?” teman-teman ramai memberi

komentar.

Hasan tersenyum dipuji seperti itu. “Aku minus satu,” Hasan mencoba menjelaskan.

Jujur saja, menurut Faisal, Hasan memang tampak lebih tampan. Diam-diam ada perasaan

cemburu di hati Faisal. Pulang sekolah, Faisal langsung bercermin. Berkali-kali dia menatap

wajahnya di cermin itu seraya senyam-senyum sendiri. Dia membayangkan menjadi lebih tampan

jika berkacamata. Dan teman-teman di kelas juga akan ramai mengomentari penampilan barunya.

Pagi harinya Faisal langsung merencanakan aksinya. Melakukan sejumlah kegiatan yang

menurut Hasan menyebabkan matanya menjadi minus. “Dua minggu lagi aku akan berkaca mata.

Yes, keren!” bisik Faisal pada dirinya sendiri. Dia senyam-senyum lagi.

Peringatan Ayah yang sering memergokinya membaca dengan cara yang ‘salah’ tidak

ditanggapinya. Paling dua akan berpintah tempat ke kamar atau teras belakang. Kemudian

melanjutkan aksinya.

Ibu pun heran ketika melihatnya menyingkirkan wortel dari piring makannya.

“Kenapa, Cal? Biasanya kamu paling suka sama sayur wortel. Sekarang kok disingkirkan

semua.”

Faisal hanya tersenyum.

Sesampai siang itu di ruang perpustakaan sekolah, Faisal melihat Rahmat terlihat bingung

meraba-raba meja. Sepertinya ia mencari kaca matanya.

“Alhamdulillah mata kita sehat ya?” bisik Fatah yang duduk di sampingnya.

Kemudian, Fatah bercerita tentang Rahmat yang sering gonta-ganti kacamata karena minusnya

bertambah terus. Makin lama makin tebal. “Akhirnya, bisa seperti pantat botol lo!” Fatah

menambahkan.

“Memang minus bisa tambah terus?” tanya Faisal dengan heran.

Fatah mengangguk. “Makanya kita harus bersyukur kalau mata kita sehat. Bukankah mata

adalah organ tubuh yang penting? Ia ibarat jendela yang dengannya kita bisa melihat seisi dunia.

Kalau mata kita terganggu, tentu tidak nyaman bukan?” Rahmat menjelaskan panjang lebar.

Ada perasaan bersalah muncul di hati Faisal. Dia ternyata telah keliru selama ini. Dia

menganggap orang yang berkacamata lebih keren dan tampan. Padahal, sebenarnya matanya

sakit. Apalagi ia sampai mengabaikan nasihat Ayah. “Astaghfirullah,” ampuni hamba ya Allah”.

gumamnya pelan.

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

92

LL

LL

L

atihan akhir bab

atihan akhir bab

atihan akhir bab

atihan akhir bab

atihan akhir bab

Kerjakan pada buku latihanmu!

Kerjakan pada buku latihanmu!

Kerjakan pada buku latihanmu!

Kerjakan pada buku latihanmu!

Kerjakan pada buku latihanmu!

Fatah menatapnya dengan heran.

Buru-buru Faisal berlari ke toilet. Dia ingin mencuci mata. Menghilangkan air mata yang

menggenangi kedua pelupuknya. “Aku harus minta maaf sama Ayah”.

Sumber:

Adzkia,

Edisi 06, Nopember 2006.

Jawablah peranyaan-pertanyaan berdasarkan cerpen di atas!

1. Apa tema cerita Kacamata Hasan?

2. Siapa tokoh utama cerita Kacamata Hasan?

3. Sebutkan ciri-ciri Hasan, Faisal, Dokter Budi, ayah Faisal, ibu Faisal, Rahmat, dan Fatah?

4. Di mana tempat-tempat peristiwa dalam cerita Kacamata Hasan?

5. Kapan peristiwa cerita Kacamata Hasan terjadi?

6. Buatlah urutan kejadian dalam cerita Kacamata Hasan berdasarkan urutan waktu!

LL

LL

L

atihan 6.4atihan 6.4

atihan 6.4atihan 6.4

atihan 6.4

Tugas

1. Buatlah naskah drama berdasarkan cerita pendek Kacamata Hasan!

2. Bacalah naskahmu di depan teman-temanmu untuk mendapatkan masukan!

3. Sempurnakan naskahmu!

A. Pilihlah salah satu jawaban yang benar!

PIDATO PELEPASAN KONTINGEN OLAHRAGA

Selamat pagi,

Saudara-saudara yang berbahagia,

Terlebih dahulu saya, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta, merasa

bahagia karena dapat menyaksikan secara langsung acara pelepasan tim sepak bola untuk

mengikuti pertandingan dalam merebut Piala Gubernur di Semarang.

Kami hanya berpesan hendaklah dalam pertandingan nanti Saudara-saudara menunjukkan

permainan yang jujur, disiplin, dan bersemangat. Sikap yang demikian akan membawa harum

nama tim dan nama daerah kita tercinta ini.

Saudara harus berusaha sekuat tenaga dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena Tuhanlah yang menentukan segalanya. Semoga Tuhan Yang Mahakuasa mengabulkan

dan meridai permintaan kita sehingga Saudara-saudara dapat menggondol Piala Guberbur tahun

ini.

Terakhir, saya ucapkan selamat jalan, selamat bertanding dan semoga sukses.

Selamat pagi.

Bab 6 Olahraga

93

1. Pidato di atas disampaikan oleh ....

a.

Walikota Surakarta

b . Wakil Walikota Surakarta

c.

Kepala Dinas Pendidikan dan Olaharaga Kota Surakarta

d. Ketua Tim Sepak Bola Kota Surakarta

2. Isi pesan yang disampaikan dalam pidato di atas ....

a.

Tim sepak bola harus bermain jujur dan bersemangat.

b . Tim sepak bola harus menggondol Piala Gubenur.

c.

Tim sepak bola harus memenangkan pertandingan.

d. Tim sepak bola tidak boleh kalah.

3.

Selamat pagi,

Saudara-saudara yang berbahagia,

Terlebih dahulu saya, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta, merasa

bahagia karena dapat menyaksikan secara langsung acara pelepasan Tim Sepak Bola untuk

mengikuti pertandingan merebut Piala Gubernur di Semarang.

Kalimat di atas merupakan kalimat ... pidato.

a.

pembuka

b . isi

c.

kesimpulan

d. penutup

4. Kami hanya berpesan hendaklah dalam pertandingan nanti Saudara-saudara menunjukkan

permainan yang jujur, disiplin, dan bersemangat. Sikap yang demikian akan membawa

harum nama tim dan nama daerah kita tercinta ini.

Kalimat di atas merupakan kalimat ... pidato.

a.

pembuka

b . isi

c.

kesimpulan

d. penutup

5.

Terakhir, saya ucapkan selamat jalan, selamat bertanding, dan semoga sukses.

Selamat pagi.

Kalimat di atas merupakan kalimat ... pidato.

a.

pembuka

b . isi

c.

kesimpulan

d. penutup

6.

Begini sulitnya urusan rumah tangga, begini susahnya hidup sekarang ini, Suria berlaku bagai

acuh tak acuh juga. Yang dipentingkannya hanyalah kesenangan dirinya. Burungnya lebih

perlu kepadanya daripada anak-anaknya. Hampir tak pernah ia bertanya, bagaimana sekolah

Aleh dan Enah ...”

Kutipan novel tahun 1930-an di atas adalah dialog tokoh....

a.

Suria

b . Aleh

c.

Enah

d. Zubaidah

Bahasa Indonesia IX SMP/MTs

94

7. Watak tokoh dalam kutipan novel 30-an di atas ....

a.

peduli pada keluarganya

b. mengutamakan pendidikan anak-anaknya

c.

cinta pada binatang

d. mengacuhkan anak-anaknya

8.

Gaji Suria kecil, pintu rezeki kami sangat sempit. Aku tahu dan Suria pun lebih tahu lagi! Tetapi

ia ... priyayi, amtenar B. B, meski hidup lebih dari orang kebanyakan! Lonjaknya, gayanya jika

tidak akan lebih mesti sama dengan amtenar lain-lain! Ia harus mulia di mata orang! Akan

mencapai ketegakan serupa itu dan akan memelihara derajat jangan sampai turun, walau besar

pasak daripada tiang sekalipun, ia tiada peduli apa-apa rupanya.

(Katak Hendak Jadi Lembu, 1978: 19)

Adat kebiasaan yang terlihat dalam kutipan novel tahun 30-an di atas ....

a.

ingin terlihat tinggi derajatnya di mata orang, walaupun sebenarnya kehidupannya

susah.

b. membeda-bedakan derajat dan kekayaan

c.

memburu harta sebanyak-banyaknya agar menjadi orang kaya

d. lebih suka bekerja sama dengan penjajah daripada dengan penduduk pribumi

9.

Gaji Suria kecil, pintu rezeki kami sangat sempit. Aku tahu dan Suria pun lebih tahu lagi! Tetapi

ia ... priayi, amtenar B. B, meski hidup lebih dari orang kebanyakan! Lonjaknya, gayanya jika

tidak akan lebih mesti sama dengan amtenar lain-lain! Ia harus mulia di mata orang! Akan

mencapai ketegakan serupa itu dan akan memelihara derajat jangan sampai turun walau besar

pasak daripada tiang sekalipun, ia tiada peduli apa-apa rupanya.

(Katak Hendak Jadi Lembu, 1978: 19)

Keterkaitan kutipan novel 30-an di atas dengan kehidupan masa kini yaitu ....

a.

Sejak dahulu orang ingin hidup berkecukupan.

b . Sejak dahulu masyarakat ingin bersekolah yang tinggi.

c.

Orang-orang zaman dahulu dan sekarang mempunyai cita-cita yang sama yaitu ingin

menjadi orang yang terpandang.

d. Sejak dahulu sampai sekarang orang hanya memburu kesenangan pribadi.

10.

Jam istirahat. Kindy malas ke mana-mana. Dia lebih memilih kelas sebagai tempatnya bertapa.

Emang sih, Kindy anaknya pemalu dan tertutup

banget

. Temannya

nggak

banyak. sedikit

yang penting berkualitas, prinsipnya.

Tiba-tiba ....

“Hai, Kin!

Nggak

ke kantin

nih

?” sesosok makhluk sudah duduk di samping Kindy dan

dengan pd-nya

ngajakin

ngobrol.

Sok

akrab.

Kindy

cuma

melirik sekilas, lalu kembali tenggelam dalam bacaannya.

“Eh, ditanya

kok

diem saja?”

“Nanyanya basi, tahu”. Udah tahu gue

nggak

ke mana-mana, masih nanya,” jawab

Kindy ketus.

Kutipan cerpen di atas apabila diubah menjadi drama yang tepat ....

Bab 6 Olahraga

95

a. Noni

: (menghampiri Kindy yang duduk di dalam kelas sambil membaca buku) Hai,

Kin!

Nggak

ke kantin

nih

?

Kindy : (melirik Novi sejenak kemudian meneruskan membaca buku)

Novi

:

Eh, ditanya

kok diem

saja?

Kindy : (perhatiannya tetap pada buku yang sejak tadi dibaca) Nanyanya basi, tahu.

Udah

tahu

gue nggak

ke mana-mana, masih nanya.

b. Noni

: Hai, Kin!

Nggak

ke kantin nih?

Kindy : ....

Novi

:

Eh, ditanya kok diem saja?

Kindy : Nanyanya basi, tahu.

Udah

tahu

gue nggak

ke mana-mana, masih nanya.

c. Noni

: (menghampiri Kindy yang duduk di dalam kelas sambil membaca buku) “Hai,

Kin!

Nggak

ke kantin

nih

?”

Kindy : Nanyanya basi, tahu.

Udah

tahu

gue nggak

ke mana-mana, masih nanya.

d. Noni

: Eh, ditanya

kok diem

saja?

Kindy : Nanyanya basi, tahu.

Udah

tahu

gue nggak

ke mana-mana, masih nanya.

B. Jawablah pertanyaaan-pertanyaan berikut!

1. Apa yang dimaksud dengan pidato?

2. Sebutkan langkah-langkah sebelum berpidato!

3. Mengapa berpidato harus menggunakan suara yang jelas dan gaya yang menarik?

4. Apa tema umum novel Angkatan 1920-an?

5. Tulislah sebuah contoh teks drama dalam 10 dialog dengan 3 tokoh!